Inilah Penyebab Resesi Ekonomi 2023 beserta dengan Ramalan, Dampak, dan Pencegahannya

Assalammu‘alaikum wr. wb.

Berjumpa lagi bersama Inzaghi's Blog! Sekarang sudah memasuki Tahun 2023, Resolusi Baru dan Harapan Baru di Tahun yang Baru. Namun, Menteri Keuangan (Kemenkeu) telah memprediksi yang akan terjadi di Tahun 2023 yaitu adanya Resesi Ekonomi Global sejak Akhir 2022 lalu, sehingga Tahun ini ada yang bilang "2023 akan Gelap".

Ilustrasi Resesi Global 2023



Sejumlah Lembaga Internasional memperkirakan Ekonomi Global memperkirakan perekonomian global masih menghadapi tantangan berat di Tahun 2023 ini.

Perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, gangguan Rantai Pasokan Global, harga komoditas yang fluktuatif, inflasi yang melonjak, dan kenaikan suku bunga yang agresif akan selalu menjadi faktor yang dapat menimbulkan risiko bagi ekonomi global negara tersebut di tahun mendatang.

Tingkat inflasi yang tinggi di negara maju, yang diperkirakan akan bertahan lebih lama, harus diimbangi dengan kebijakan moneter yang lebih ketat. Kenaikan Suku Bunga, terutama oleh The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan berlanjut di Tahun 2023 dan tetap tinggi dalam waktu yang lama.

Kebijakan moneter yang lebih ketat dari perkiraan berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi, terutama di negara maju. Bahkan, beberapa negara besar di dunia sedang menghadapi Risiko Resesi Ekonomi.

Hal ini mengakibatkan Pertumbuhan Ekonomi Global berpotensi di bawah 3%, jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Tidak hanya negara maju, Perkembangan Ekonomi Global juga menciptakan ketidakstabilan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sri Mulyani Wanti-wanti Akan Terjadi Resesi 2023

Beberapa Bulan yang lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan prediksinya tentang resesi yang akan terjadi di 2023.

Dia mengatakan penyebab resesi pada 2023 adalah inflasi yang tinggi dan suku bunga dasar juga meningkat di tengah kenaikan harga pangan dan energi.

Tak hanya Sri Mulyani, Presiden Joko Widodo dan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan juga mengatakan hal serupa. Serentak mereka mengatakan bahwa situasi ekonomi dunia akan Gelap Gulita.

“Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial dan di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi.” Ucapnya saat Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda, mengutip laman Cnbcindonesia.com, Jumat (30/9/2022 | 4/3/1444).

Permasalahan resesi 2023 ini menyerang berbagai negara maju dan berkembang tanpa ampun, seperti Inggris.

“Apalagi urusan perang di Ukraina lebih sulit lagi dihitung kapan selesainya, referendum yang kemarin dilakukan di 4 wilayah Ukraina, di Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, Kherson makin merumitkan lagi kapan akan selesai dan imbasnya ke ekonomi seperti apa makin rumit.” Lanjutnya.

Apalagi, kata Jokowi, momok terbesar saat ini adalah kenaikan inflasi.

Inflasi di semua negara meningkat secara signifikan, yang sebelumnya hanya sekitar 1%, kini mencapai 8, bahkan lebih dari 10%.

Untuk menghindarinya, Jokowi menyarankan cara-cara untuk mencegah kenaikan inflasi, seperti menaikkan suku bunga.

“Tapi teori seperti itu sekarang tidak menjamin inflasi turun. Oleh sebab itu, di Indonesia bank sentral dan fiskal harus beriringan jadi saya senang BI dan Kemenkeu berjalan beriringan rukun tanpa intervensi kewenangan BI, tapi yang lebih penting adalah bukan rem uang beredar, tapi menyelesaikan di ujungnya yaitu kenaikan barang dan jasa yaitu menjadi tanggung jawab kita semua.” Katanya.

A. Dampak Resesi 2023

Di beberapa bagian masyarakat, ancaman resesi tampaknya tidak terlalu besar. Itu tidak berarti resesi adalah sesuatu yang bisa kita abaikan.

Berikut ini adalah beberapa Dampak Resesi 2023 secara umum yang bisa Anda jadikan Inspirasi, yaitu :

1. PHK Besar-besaran

Dampak resesi yang pertama adalah PHK besar-besaran terhadap karyawan. Hal serupa pernah terjadi di Tahun 2020, saat Pandemi COVID-19 menghantam Dunia dengan ganas. Banyak bisnis yang tumbang karena penyesuaian peraturan yang merugikan Bisnis di banyak Industri.

Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) mengamini hal ini.

“Dari pengalaman 2020 itu paling terdampak kalangan menengah ke bawah. Ketika perekonomian terkontraksi makan akan banyak perusahaan tertutup sehingga banyak PHK.” Ungkapnya, mengutip laman cnbcindonesia.com, Senin (03/10).

Contoh Perusahaan-perusahaan Dunia yang melakukan PHK Besar-besaran di Tahun 2022 kemarin adalah (Sumber : Tekno.Kompas.com Suara.com) :
  1. Meta (11.000 Karyawan)
  2. Uber (6.700 Karyawan)
  3. Getir (4.480 Karyawan)
  4. Booking.com (4.375 Karyawan)
  5. Twitter (3.700 Karyawan)
  6. Better.com (3.000 Karyawan)
  7. Groupon (2.800 Karyawan)
  8. Peloton (2.800 Karyawan)
  9. Carvana (2.500 Karyawan)
  10. Katerra (2.434 Karyawan)
  11. Zillow (2.000 Karyawan)
  12. Airbnb (1.900 karyawan)
  13. Instacart (1.877 karyawan)
  14. WhiteHat Jr (1.800 Karyawan)
  15. Bytedance (1.800 Karyawan)
  16. Ola (1.400 Karyawan)
  17. Stitch Fix (1.400 Karyawan)
  18. Stone (1.300 Karyawan)
  19. Coinbase (1.100 Karyawan)
  20. Microsoft (1.000 Karyawan)
  21. Snap (1.000 Karyawan)
  22. Netflix (450 Karyawan)
  23. Lyft (700 Karyawan)
  24. Tesla (10% Karyawan)

Dan juga 18 Perusahaan di Indonesia yang melakukan PHK Besar-besaran di Tahun 2022 kemarin adalah (Sumber : CNN Indonesia) :
  1. Glints (18% Karyawan)
  2. Sayurbox (5% Karyawan)
  3. OYO (600 Karyawan)
  4. Ajaib (67 Karyawan)
  5. Ruangguru
  6. Ula (134 Karyawan)
  7. GoTo (Gojek Tokopedia) (1.300 Karyawan)
  8. Shopee Indonesia
  9. LinkAja
  10. Tokocrypto (20% Karyawan)
  11. TaniHub
  12. SiCepat (360 Karyawan)
  13. Mamikos
  14. Zenius (200 Karyawan)
  15. Xendit (5% Karyawan)
  16. Lummo (100-200 Karyawan)
  17. Pahamify
  18. Mobile Premiere League (MPL) (100 Karyawan)

2. Kemiskinan

Dampak dari resesi ini terkait dengan poin pertama, yaitu kemiskinan. Ketika terjadi PHK massal, kemiskinan akan meningkat karena penurunan daya beli dan kualitas hidup, karena masyarakat akan kehilangan sumber pendapatan.

“PHK akan menurunkan daya beli dan kualitas hidup mereka. Kemiskinan juga meningkat. tambah Petrus.

Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap optimis dengan kemampuan Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi. “Pemerintah akan melanjutkan program kesejahteraan sosial untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 7,5% hingga 8,5% pada Tahun 2023.” katanya, mengutip dari halaman yang sama.

3. Rupiah Melemah

Dampak selanjutnya adalah Harga Dolar yang terus melejit. Per hari ini, 3 Januari 2023 (7 Jumadil Akhir 1444 H) saja, harga Dollar mencapai Rp. 15.590.

Rizqi Syam, CFP, salah satu perencana keuangan Finansialku mengatakan bahwa  salah satu yang jadi faktor penyebab dari naiknya harga dolar adalah bank sentral yang menaikkan suku bunga.

Rizqi Syam, CFP, salah satu financial planner Finansialku, mengatakan salah satu faktor penyebab apresiasi dolar adalah kenaikan suku bunga bank sentral.

Dalam berinvestasi, ada tiga instrumen yang diminati yaitu saham, obligasi, dan komoditas. Saat resesi terjadi, orang cenderung menghindari alat yang berbahaya. Sebaliknya, mereka beralih ke instrumen lindung nilai, seperti obligasi, yang dijamin oleh negara.

Setelah itu, masyarakat pun bergegas menukar uang dari mata uang negaranya dengan dolar. Ini kemudian meningkatkan permintaan dolar. Sama seperti hukum ekonomi, semakin tinggi permintaan maka semakin tinggi pula harga suatu komoditi. Begitu juga dengan dolar, harganya akan terus naik selama permintaan masyarakat tinggi. 

B. Ramalan Resesi Ekonomi 2023

Berikut adalah proyeksi pertumbuhan Ekonomi pada 2023 dari beberapa Lembaga Internasional :

1. IMF

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global mencapai 2,7% pada Tahun 2023 [Prediksi], naik dari 3,2% pada Tahun 2022.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan sejumlah indikator menunjukkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi global akan terus menurun.

Kristalina menunjuk pada ancaman kemungkinan krisis global tahun depan. Harga pangan dan energi yang tinggi ditambah dengan tingkat inflasi yang tinggi di banyak negara mengancam akan memicu resesi global pada tahun 2023.

IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara maju menjadi 1,1% pada 2023 dari perkiraan pertumbuhan 2,4% tahun ini.

Sementara itu, perekonomian di negara berkembang diperkirakan akan melambat menjadi 3,7% pada Tahun 2023 dibandingkan dengan pertumbuhan tahun ini.

Di sisi lain, IMF percaya bahwa Indonesia memiliki landasan ekonomi yang kuat yang memungkinkannya untuk mengatasi risiko global dengan baik. Menurut Kristalina, perekonomian Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara lain.

“Saya pikir Indonesia akan menghabiskan tahun depan dalam posisi yang jauh lebih kuat dari negara lain. Kami memperkirakan pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi 5,3%. Dan tahun depan, tingkat pertumbuhan akan menjadi 5,3%. Pertumbuhan akan sedikit lebih lambat di 5%. Ini masih dua kali lipat dari negara lain,” ujarnya beberapa waktu lalu. Namun, IMF mengatakan pemerintah Indonesia harus selalu mewaspadai pelemahan ekonomi global yang dapat melemahkan permintaan dari negara-negara mitra dagang, sehingga impor Indonesia dapat terpengaruh.

Selain itu, pergerakan nilai tukar juga dapat dipengaruhi oleh kondisi negara-negara dengan ekonomi besar, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok.

2. OECD

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,2% pada 2023.

Dalam laporan OECD terbaru, perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin sulit. Pertumbuhan ekonomi global kehilangan momentum, terbukti dengan meningkatnya inflasi, melemahnya kepercayaan konsumen, dan meningkatnya ketidakpastian.

“Perang antara Rusia dan Ukraina telah mendorong harga, terutama energi, menambah tekanan inflasi pada saat biaya hidup meningkat pesat di seluruh dunia,” tulis OECD dalam laporannya.me.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengungkapkan bahwa kondisi keuangan global telah mengetat secara signifikan, di tengah langkah bank sentral yang tidak biasa dan meluas untuk menaikkan suku bunga, dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan ini membebani pengeluaran yang sensitif terhadap suku bunga dan menambah tekanan yang dihadapi oleh banyak negara berkembang.

OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 mencapai 3,1%. Proyeksi tersebut hanya mewakili setengah dari pertumbuhan yang terlihat pada tahun 2021 selama pemulihan pasca pandemi.

“Ekonomi global diperkirakan akan melambat menjadi 2,2% pada tahun 2023, jauh lebih rendah dari perkiraan sebelum pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina,” tulis OECD.

3. Bank Dunia

Direktur Bank Dunia David Malpass juga mengeluarkan pernyataan tentang kekhawatirannya terhadap prospek ekonomi global. Dia memperingatkan bahwa akan ada potensi pertumbuhan melambat selama beberapa periode mendatang.

"Saya sangat prihatin dengan risiko bahwa dunia akan mengalami resesi global. Ini adalah krisis jangka panjang yang nyata bagi orang-orang di negara berkembang," katanya.

Pada kesempatan lain, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, mengatakan Ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan tumbuh 4,8%. Perkiraan ini lebih rendah dari pertumbuhan Tahun 2022 yang diperkirakan mencapai 5,2%.

“Kami perkirakan akan tetap kuat meski laju pertumbuhan akan sedikit melambat. Pertumbuhan diperkirakan dari 5,2% pada 2022 menjadi 4,8% pada 2023,” katanya.

Di sisi lain, ia memperkirakan tingkat inflasi Indonesia pada 2023 masih akan berada di atas target Bank Indonesia sekitar 2-4%, yakni sebesar 4,5%.

Selain itu, tingkat inflasi baru diperkirakan akan menurun pada tahun 2024 dan diperkirakan akan mencapai 3,6%.

4. ADB

Dalam Laporan Outlook terbaru Asian Development Bank, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat menjadi 4,8% pada 2023. Angka tersebut turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,0%.

Menurut AfDB, pertumbuhan tahun depan akan tertahan oleh ekspor komoditas yang melambat. Hal ini sejalan dengan melemahnya perekonomian di negara-negara maju.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi tahun depan juga akan dipengaruhi oleh konsumsi swasta yang diperkirakan masih melanjutkan tren pertumbuhannya, serta pengetatan kebijakan fiskal dan moneter. Tingkat inflasi rata-rata Indonesia juga diperkirakan sebesar 4,2% tahun 2022 atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, namun masih di atas target BI sebesar 2-4%.

Sementara itu, AfDB juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan tetap tinggi pada 2023, mencapai 5,0%.

C. Tips untuk menghadapi Resesi Ekonomi 2023


Resesi tidak hanya mengancam sebagian masyarakat tertentu. Oleh karena itu, kita tidak boleh keras kepala dan merasa bahwa keuangan pribadi aman.

Tidak ada salahnya mempersiapkan keuangan Anda sekarang, agar ketika resesi tahun 2023 benar-benar melanda, keadaan Anda tidak akan seburuk itu.

Ada beberapa cara untuk mengatasi Resesi 2023, termasuk :

1. Cari Alternatif Penghasilan Tambahan

Resesi telah menyebabkan peningkatan barang dan semua kebutuhan sehari-hari.

Pada akhirnya, hal ini membuat biaya tetap tinggi dan memaksa kita untuk menambah penghasilan.

2. Kurangi Biaya Gaya Hidup

Meski tidak terjerumus ke dalam gaya hidup Hedonisme, Anda harus banyak memperhatikan pengelolaan dana yang tepat untuk kebutuhan mendesak yang cenderung sulit dikendalikan.

Anda harus mempertimbangkan kemungkinan memotong pengeluaran yang tidak mendesak untuk menghindari kenaikan biaya hidup.

3. Hemat dan Penuhi Dana Darurat

Tips selanjutnya, mulailah menabung dan manfaatkan keuangan Anda secara efisien. Kurangi pengeluaran non-primer sehingga Anda dapat memaksimalkan tabungan Anda.

Selain itu, mulailah menambah dana darurat Anda jika sudah habis atau belum terkumpul seluruhnya. Pengurangan biaya ini bisa Anda alokasikan untuk memenuhi alokasi dana darurat Anda. Paling tidak, pastikan dana darurat Anda 6 kali lipat dari biaya bulanan untuk melindunginya.

4. Perkuat Proteksi

Tips selanjutnya, mulailah membangun perlindungan Anda. Kingpin mengatakan untuk setidaknya memiliki asuransi kesehatan.

Asuransi kesehatan menjaga keuangan Anda tetap aman dan tidak habis saat Anda sakit nanti.

5. Hindari diri dari berhutang dan Pinjol (Pinjaman Online)

Jangan pernah sesekali memperhitungkan untuk berhutang terlebih kepada Rentenir Pinjol adalah pilihan terbaik untuk menghadapi kelesuan ekonomi tahun 2023. Pasalnya, lambat laun akan membuat Anda mengalami resesi. Beberapa masalah cukup serius, karena kepentingan untuk harus dibayar sangat tinggi.

Jika masyarakat sudah berhubungan dengan Pinjol Ilegal, penggunaannya akan sangat bermasalah. Alasannya, mereka tidak memiliki etika, empati dan kepatuhan terhadap hukum.

Mereka akan melakukan apa saja untuk mengambil keuntungan dari korban mereka termasuk data pribadi pengguna untuk mendistribusikan secara ilegal.

6. Lakukan Side Hustle

Selain mengandalkan penghasilan dari pekerjaan utama, tak ada salahnya memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan menghadapi resesi tahun depan. Inilah tujuan dari hiruk pikuk sekunder yang dibahas pada poin-poin berikut, luangkan waktu Anda untuk terus menghasilkan uang.

Lalu ada cara bagus untuk mengatasi kesibukan tanpa mengganggu pekerjaan utama Anda. Ini seperti menemukan pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas tinggi dan sesuai dengan minat (Passion) Anda.

Anda dapat bertindak sebagai pekerja lepas atau guru online. Kamu juga harus berpikir realistis dan kritis, ya. Pasalnya, pekerjaan paruh waktu ini pasti berisiko membuat Anda rentan terhadap kelelahan dan stres.

7. Perbanyak Tabungan

Tidak dapat disangkal bahwa rResesi ini akan berlangsung cukup lama, tentunya tabungan adalah “peluru” untuk membawa Anda melewati gempuran harga-harga pokok yang melambung tinggi dan sejenisnya untuk bertahan di masa-masa sulit.

Selain itu, memiliki tabungan yang cukup juga akan membantu Anda mengatasi kehilangan pekerjaan, yaitu PHK massal di perusahaan.

Ada beberapa tips yang wajib Anda terapkan, ahli keuangan Victoria Devine menyarankan untuk memudahkan pengelolaan keuangan Anda, Anda harus memiliki banyak rekening. Setiap orang harus memiliki setidaknya enam akun terpisah.

Menurut wanita berusia di bawah 30 tahun ini, pemisahan rekening berguna untuk memantau dan mengevaluasi rencana keuangan yang teratur.


Memang, Resesi akan terjadi di Tahun 2023 ini, tapi kalau di-Hijriahkan mungkin saja Resesi akan terjadi sekitar Pertengahan Tahun 1444 sampai Awal 1445 H.

Semoga saja Tahun ini akan dijauhkan dari Resesi dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT.) dan dilimpahkan Rezeki-Nya. Aamiin.

Terima Kasih 😄😊👌👍 :)

Wassalammu‘alaikum wr. wb.

Post a Comment

Previous Post Next Post