Assalammu‘alaikum wr. wb.
Hello guys, apa kabarmu hari ini? Sejak Tanggal 7 Oktober 2023 (21 Rabi'ul Awal 1445 H) lalu, Hamas melancarkan Invasi dan serangan besar-besaran terhadap Israel dari Jalur Gaza, menerobos tembok pembatas Gaza-Israel dan memaksa masuk melalui penyeberangan perbatasan Gaza, ke pemukiman terdekat dan Instalasi Militer Israel.
Juga, sejak Awal November lalu Lambang Semangka juga Viral di Media Sosial sebagai Pembelaan untuk Palestina terhadap Israel.
SEJARAH KONFLIK
Sumber Artikel : CNBC Indonesia
Perang antara Israel dan Palestina terus berlanjut tanpa tanda-tanda reda. Kali ini, bentrokan dimulai ketika Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, yang kemudian direspons dengan serangan udara oleh Israel. Perang antara Israel dan Hamas saat ini telah berlangsung selama Lebih dari 60 Hari, menjadikannya konflik paling mematikan di Gaza sejak lima perang sebelumnya.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa jumlah korban tewas di Gaza mencapai setidaknya 4.651 orang, dengan 14.254 lainnya terluka. Sebanyak 93 warga Palestina tewas di Tepi Barat akibat kekerasan dan serangan Israel. Di sisi Israel, 1.400 orang dilaporkan tewas, sebagian besar dalam serangan awal yang dilancarkan oleh Hamas. Selain itu, 203 orang diyakini ditangkap oleh Hamas dan dibawa ke Gaza.
Konflik ini terus memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sejarah konflik tersebut berkembang dan apa kronologinya. CNBC Indonesia menyajikan rangkuman sejarah dan kronologi konflik dari berbagai sumber.
1. Awal Mula Sumber Konflik
Wurisan konflik ini telah membentang lebih dari seabad, mulai dari tanggal 2 November 1917. Pada saat itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, mengirim surat kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris. Meskipun hanya terdiri dari 67 kata, surat tersebut memiliki dampak yang terasa hingga saat ini di Palestina.
Dalam surat itu, pemerintah Inggris berkomitmen untuk "mendirikan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina" dan membantu "mencapai tujuan ini". Surat ini dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Pada intinya, kekuatan Eropa memberikan janji kepada gerakan Zionis untuk mendirikan sebuah negara di wilayah di mana 90% penduduknya adalah warga asli Arab Palestina. Mandat Inggris dikepalai pada tahun 1923 dan berlangsung hingga tahun 1948.
Selama periode ini, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi, terutama setelah gerakan Nazi di Eropa. Migrasi ini dihadapi oleh perlawanan dari warga Palestina yang khawatir akan perubahan demografi dan penyitaan tanah oleh Inggris untuk pemukiman Yahudi.
2. Eskalasi Kekerasan yang Meningkat
Tingginya ketegangan berujung pada Pemberontakan Arab yang berlangsung dari tahun 1936 hingga 1939. Pada April 1936, Komite Nasional Arab yang baru terbentuk mengajak warga Palestina untuk melakukan pemogokan umum, menahan pembayaran pajak, dan memboikot produk-produk Yahudi sebagai bentuk protes terhadap kolonialisme Inggris dan imigrasi Yahudi yang meningkat.
Inggris merespons pemogokan tersebut dengan tindakan represif, termasuk penangkapan massal dan penghancuran rumah, yang menjadi pola yang terus berlanjut di tangan Israel terhadap warga Palestina. Pemberontakan kembali pecah pada akhir 1937, dipimpin oleh gerakan perlawanan petani Palestina yang menargetkan pasukan Inggris dan kehadiran kolonial.
Pada pertengahan 1939, Inggris memobilisasi 30.000 Tentara di Palestina. Desa-desa diserang dari udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan, dan penahanan administratif serta pembunuhan massal terjadi secara meluas. Inggris berkolaborasi dengan pemukim Yahudi dan membentuk kelompok bersenjata, termasuk Pasukan Malam Khusus yang terdiri dari pejuang Yahudi yang dipimpin oleh Inggris. Selama tiga tahun pemberontakan, 5.000 warga Palestina tewas, 15.000 hingga 20.000 terluka, dan 5.600 dipenjarakan.
3. PBB Turun
Pada tahun 1947, penduduk Yahudi di Palestina mencapai 33%, sementara kepemilikan tanah mereka hanya 6%. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengambil langkah dengan mengadopsi Resolusi 181, yang mengusulkan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.
Meskipun rencana ini bertujuan memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar daerah pesisir yang subur, Palestina menolaknya. Saat itu, penduduk Palestina memiliki 94% wilayah historis dan mencakup 67% dari jumlah penduduk.
4. Peristiwa Nakba
Sebelum berakhirnya Mandat Inggris pada 14 Mei 1948, paramiliter Israel memulai operasi militer dengan menghancurkan kota-kota dan desa-desa Palestina untuk memperluas perbatasan Israel yang akan datang.
Pada April 1948, desa Deir Yassin di pinggiran Yerusalem menjadi saksi lebih dari 100 kematian, termasuk pria, wanita, dan anak-anak Palestina. Insiden ini menjadi titik awal serangkaian operasi yang berlangsung hingga tahun 1949 dan dikenal sebagai Nakba, atau "bencana" dalam bahasa Arab.
Lebih dari 500 desa, kota, dan kota kecil Palestina dihancurkan, mengakibatkan sekitar 15.000 warga Palestina tewas, termasuk dalam puluhan pembantaian. Selama periode ini, Gerakan Zionis berhasil menguasai 78% wilayah historis Palestina, sementara sisanya, 22%, terbagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung.
Sebanyak 750.000 warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka, dan keturunan mereka, hingga saat ini, hidup sebagai 6 juta pengungsi di 58 kamp pengungsi di seluruh Palestina dan di negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir.
Pada 15 Mei 1948, Israel mengumumkan kemerdekaannya, yang diikuti oleh pecahnya Perang Arab-Israel pertama. Pertempuran berlangsung hingga Januari 1949, ketika gencatan senjata dicapai antara Israel dan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah. Pada bulan Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194, yang mengakui hak bagi para pengungsi Palestina untuk kembali.
5. Setelah Nakba
Sebanyak 150.000 warga Palestina tetap tinggal di negara Israel yang baru terbentuk, menjalani kehidupan di bawah pendudukan militer yang ketat selama hampir dua dekade sebelum akhirnya diberikan kewarganegaraan Israel.
Jalur Gaza dikuasai oleh Mesir, sementara pada tahun 1950, Yordania mulai mengelola administrasi di Tepi Barat. Pada tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) didirikan, dan setahun kemudian, partai politik Fatah juga muncul.
6. Perang Enam Hari
Pada 5 Juni 1967, Israel mengambil alih sisa wilayah historis Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir selama Perang Enam Hari melawan koalisi tentara Arab. Ini menyebabkan perpindahan paksa kedua bagi sebagian warga Palestina, yang disebut Naksa, yang berarti "kemunduran" dalam bahasa Arab.
Pada Desember 1967, Front Populer Marxis-Leninis untuk Pembebasan Palestina dibentuk. Selama satu dekade berikutnya, serangkaian serangan dan pembajakan pesawat oleh kelompok sayap kiri menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Pemukiman Israel mulai dibangun di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki. Terbentuklah sistem dua tingkat di mana pemukim Yahudi menikmati hak dan keistimewaan sebagai warga negara Israel, sementara warga Palestina hidup di bawah pendudukan militer yang mendiskriminasi mereka dan melarang segala bentuk ekspresi politik atau sipil.
7. Pemberontakan (Intifada) Pertama
Pemberontakan atau Intifada, dalam bahasa Arab, pertama kali meletus di Jalur Gaza pada Desember 1987. Ini dipicu oleh kematian empat warga Palestina dalam kecelakaan antara truk Israel dan dua van yang membawa pekerja Palestina.
Protes cepat menyebar ke Tepi Barat dengan pemuda Palestina melemparkan batu ke tank dan pasukan Israel. Intifada juga menjadi cikal bakal munculnya gerakan Hamas, sebuah cabang dari Ikhwanul Muslimin yang terlibat dalam perlawanan bersenjata melawan pendudukan Israel.
Respon keras dari tentara Israel tercermin dalam kebijakan "Patah Tulang Mereka" yang diusulkan oleh Menteri Pertahanan saat itu, Yitzhak Rabin. Tindakan ini mencakup tindakan represif seperti pembunuhan mendadak, penutupan universitas, deportasi aktivis, dan penghancuran rumah.
Intifada, yang sebagian besar dipimpin oleh kaum muda, diarahkan oleh Kepemimpinan Nasional Terpadu Pemberontakan, sebuah koalisi faksi politik Palestina yang bertekad mengakhiri pendudukan Israel dan mencapai kemerdekaan Palestina.
Intifada dicirikan oleh mobilisasi rakyat, protes massal, pembangkangan sipil, pemogokan yang terorganisir dengan baik, dan kerja sama komunal.
Menurut organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem, selama Intifada, sekitar 1.070 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel, termasuk 237 anak-anak, dan lebih dari 175.000 warga Palestina ditangkap. Intifada juga memicu perhatian komunitas internasional terhadap solusi konflik.
8. Perjanjian Oslo
Intifada berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993 dan pembentukan Otoritas Palestina (PA), sebuah pemerintahan mandiri terbatas di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
PLO mengakui Israel berdasarkan solusi dua negara dan efektif memberi Israel kendali atas 60% Tepi Barat, serta sebagian besar sumber daya tanah dan air di wilayah tersebut.
PA seharusnya membuka jalan bagi pemerintahan Palestina terpilih pertama yang menjalankan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, meskipun hal itu tidak pernah terjadi.
Beberapa kritik terhadap PA menyebutnya sebagai subkontraktor korupsi bagi pendudukan Israel, yang bekerja sama erat dengan militer Tel Aviv dalam menekan perbedaan pendapat dan aktivisme politik. Pada tahun 1995, Israel membangun pagar elektronik dan tembok beton di sekitar Jalur Gaza, menghentikan interaksi antara wilayah Palestina yang terpecah.
9. Pemberontakan (Intifada) Pertama
Intifada kedua dimulai pada 28 September 2000 ketika Ariel Sharon, pemimpin oposisi Partai Likud Israel, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al Aqsa. Sebanyak ribuan pasukan keamanan dikerahkan di dalam dan sekitar Kota Tua Yerusalem.
Bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan Israel menyebabkan lima warga Palestina tewas dan 200 lainnya terluka selama dua hari. Insiden ini memicu pemberontakan bersenjata yang meluas.
Selama Intifada, Israel menyebabkan kerusakan parah pada perekonomian dan infrastruktur Palestina. Mereka menduduki kembali wilayah yang diperintah oleh PA dan membangun tembok pemisah, sambil meningkatkan pembangunan pemukiman ilegal, merusak mata pencaharian dan komunitas warga Palestina.
Pemukim Yahudi juga mulai mendirikan permukiman secara ilegal di wilayah tersebut, menyebabkan penyempitan ruang bagi warga Palestina karena jalan-jalan dan infrastruktur yang hanya diperuntukkan bagi pemukim Yahudi ilegal.
Pada saat Perjanjian Oslo ditandatangani, lebih dari 110.000 pemukim Yahudi tinggal di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Saat ini, jumlahnya telah mencapai lebih dari 700.000 orang di lebih dari 100.000 hektar tanah yang diambil alih dari Palestina.
10. Perang Saudara
Yasser Arafat, pemimpin PLO, meninggal pada tahun 2004. Setahun kemudian, Intifada kedua berakhir, permukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel bersama dengan 9.000 pemukim meninggalkan daerah tersebut.
Dalam pemilihan umum tahun berikutnya, Hamas memenangkan mayoritas, tetapi perang saudara Fatah-Hamas pecah beberapa bulan kemudian, menyebabkan kematian ratusan warga Palestina.
Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza, sementara Fatah kembali menguasai sebagian Tepi Barat. Pada bulan Juni 2007, Israel memberlakukan blokade darat, udara, dan laut di Jalur Gaza, dengan tuduhan bahwa Hamas terlibat dalam "terorisme."
11. Penyerangan Gaza oleh Israel
Israel telah melancarkan empat serangan militer yang berlangsung lama di Gaza pada tahun 2008, 2012, 2014, dan 2021. Ribuan warga Palestina, termasuk banyak anak-anak, tewas dalam serangan-serangan tersebut, sementara puluhan ribu rumah, sekolah, dan gedung perkantoran hancur.
Pembangunan kembali menjadi hampir tidak mungkin karena pengepungan mencegah material konstruksi, seperti baja dan semen, mencapai Gaza. Serangan pada tahun 2008 melibatkan penggunaan senjata yang dilarang secara internasional, termasuk gas fosfor.
Pada tahun 2014, selama periode 50 hari, Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak. Lebih dari 11.000 warga Palestina terluka, 20.000 rumah hancur, dan setengah juta orang menjadi pengungsi selama serangan tersebut.
12. Asal Usul Tanah Kanaan
Perang kembali membawa perhatian pada asal usul Tanah Kanaan, sebuah negara kuno yang meliputi Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina, termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Menurut definisi dari Britannica, Tanah Kanaan merupakan wilayah Levant atau Syam. Alkitab juga merujuk pada Tanah Kanaan sebagai "tanah perjanjian yang diberikan Tuhan kepada Abraham dan keturunannya."
Tanah ini memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan sebelum Masehi. Penamaan Tanah Kanaan pertama kali muncul di sumber-sumber sejarah Peradaban Mesopotamia pada abad ke-18 SM.
Dalam prasasti tertulis tersebut, Kanaan diartikan sebagai "ungu kemerahan," merujuk pada wilayah tersebut sebagai penghasil warna ungu.
Di masa pra-aksara, Tanah Kanaan sudah dihuni oleh manusia purba jenis Cro-Magnon dan Neanderthal pada zaman Paleolitikum (8.000 SM - 3.000 SM), melakukan kegiatan pertanian dan membentuk permukiman.
Selanjutnya, dari masa ke masa, termasuk zaman besi dan perunggu, Tanah Kanaan selalu dihuni oleh manusia. Penduduk asli Tanah Kanaan, dikenal sebagai orang Kanaan, merupakan keturunan bangsa Semit yang tinggal dalam rentang waktu 2.000 SM - 1.700 SM.
Namun, pada akhir Zaman Perunggu (1.550 - 1.200 SM), terjadi perubahan signifikan setelah bangsa Mesir memasuki kawasan tersebut. Mereka merebut desa-desa orang Kanaan dan mengusir mereka.
Pada saat pengusiran ini, muncul peradaban baru, yang dianggap sebagai awal peradaban Israel dengan berdirinya Kerajaan Yehuda dan Israel.
Setelah itu, Tanah Kanaan semakin dihuni oleh berbagai kelompok, menandai keberagaman di wilayah tersebut. Adakah keturunan Kanaan yang masih ada hingga kini? Para peneliti menyatakan bahwa DNA orang Kanaan, diambil dari jejak DNA penduduk Kanaan berusia 3.700 Tahun, memiliki kesamaan dengan DNA penduduk Lebanon saat ini.
APA ITU HAMAS?
Pasukan Militer Palestina Hamas |
Sumber Artikel : Detik.com dan Kabar24.Bisnis.com
Dalam perseteruan Israel-Palestina, sering kali kita mendengar tentang kelompok Hamas. Apa yang dimaksud dengan kelompok Hamas?
Menurut buku "Islam Moderat dan Isu-Isu Kontemporer" (2019) karya Ayang Utriza Yakin, DEA., Ph.D., Hamas adalah sebuah gerakan nasionalis-agamis yang menggabungkan dakwah damai Islam dengan strategi perjuangan bersenjata. Kelompok ini berkomitmen untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh tentang Hamas, termasuk sejarah pembentukannya, tokoh-tokohnya, dan kegiatannya.
A. Sejarah Hamas
Hamas diambil dari 'Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah,' yang berarti Gerakan Pertahanan Islam, dengan makna 'semangat.'
Walaupun organisasi ini resmi didirikan pada 14 Desember 1987, sejarah Hamas mencakup periode sebelum konflik Israel-Palestina modern.
Hamas awalnya merupakan bagian dari Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Anggota IM di Palestina membentuk cabang IM di wilayah tersebut pada tahun 1946. Setelah berdirinya Israel, anggota IM Palestina mulai aktif setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Setelah meletusnya intifadah pertama, kepemimpinan IM Palestina mendirikan organisasi yang lebih terstruktur dan terfokus untuk mencapai tujuan tunggal, yaitu Hamas. Meskipun ada kelompok lain seperti Fatah yang memiliki tujuan serupa, mereka cenderung mengutamakan negosiasi dan perdamaian.
Setelah penolakan Israel terhadap perjanjian damai Organisasi Pembebasan Palestina yang diwakili oleh Fatah Yasir Arafat pada tahun 1993, Hamas semakin aktif dengan memilih jalur perjuangan bersenjata. Tidak hanya berfokus pada perang, Hamas juga aktif dalam kegiatan sosial, yang meningkatkan simpati di kalangan masyarakat Palestina. Akhirnya, Hamas menjadi partai politik dan memenangkan Pemilihan Umum 2006.
B. Tokoh-tokoh Hamas
Beberapa tokoh kunci Hamas yang disorot dalam penelitian di Universitas Indonesia (UI.ac.id) meliputi :
1. Syekh Ahmad Yasin
Pada Perang Enam Hari (1967), Yasin, yang saat itu baru berusia 12 tahun, pindah ke Gaza. Pada tahun 1982, ia memimpin "Mujahidin Palestina" dan dipenjara selama 13 tahun. Setelah Hamas terbentuk, Yasin diangkat sebagai pemimpin spiritual. Israel membebaskannya pada 1 Oktober 1997 setelah tekanan dari pejuang Palestina. Yasin meninggal pada 22 Maret 2004 dalam serangan misil helikopter Israel.
2. Abdul Aziz Ar-Rantisi
Juga merupakan salah satu tokoh kunci pembentukan Hamas bersama Yasin. Rantisi, yang memiliki latar belakang kedokteran, kembali ke Gaza pada 1976 setelah belajar di Mesir. Ditangkap oleh Israel dan dibebaskan pada tahun 1997. Israel membunuh Rantisi pada 17 April 2004 melalui serangan misil.
3. Ismail Haniya
Lahir di kamp pengungsian di Gaza, Haniya tumbuh dengan bimbingan Ikhwanul Muslimin. Setelah pembebasan pimpinan Hamas tahun 1997, Haniya diangkat sebagai kepala kantor Hamas oleh Yasin. Ia terpilih menjadi pemimpin Hamas dalam Pemilu Legislatif Palestina tahun 2006.
4. Khaled Meshaal
Meshaal, seorang pejuang Palestina yang diasingkan, menjadi pemimpin politik Hamas di Suriah dan kepala Hamas setelah pembunuhan Yasin pada tahun 2004.
5. Nizar Rayyan
Rayyan, seorang komandan militer senior Hamas dan profesor syariat Islam di Universitas Islam di Gaza, meninggal dalam agresi militer Israel di Jalur Gaza.
C. Kegiatan yang dilakukan oleh Hamas
Kegiatan Hamas dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu dalam ranah sosial keagamaan dan politik militer.
1. Bidang Sosial Keagamaan
Dalam bidang sosial keagamaan, Hamas tidak hanya fokus pada pertempuran, tetapi juga berperan sebagai gerakan Islam yang berusaha memakmurkan masjid. Selain itu, Hamas aktif dalam menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, amal, pembangunan panti asuhan, serta mendukung kegiatan kelompok-kelompok olahraga, seni, dan budaya. Keterlibatan Hamas pada tingkat akar rumput membuatnya solid dalam masyarakat Palestina. Gerakan ini bergantung pada sumbangan sukarela, baik dari dalam maupun luar Palestina.
2. Bidang Politik dan Militer
Di bidang politik dan militer, Hamas mewarisi prinsip dan taktik dari Ikhwanul Muslimin. Antara tahun 1987-1993, Hamas lebih banyak menggunakan propaganda dengan menerbitkan buku, pamflet, brosur, dan sejenisnya untuk membangkitkan semangat rakyat Palestina. Selain itu, Hamas aktif dalam bentuk perlawanan sipil seperti demonstrasi, boikot, kerusuhan massal, dan tindakan non-kooperatif lainnya. Tentunya, Hamas juga terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan Israel.
Dengan demikian, Hamas dapat diidentifikasi sebagai gerakan perjuangan yang bertujuan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, dan kegiatannya mencakup dimensi sosial keagamaan serta aspek politik dan militer.
BERITA
Foto Prahara Maut di Khan Younis, Gaza, Palestina |
Sumber Artikel : Kabar24.Bisnis.com dan Jawapos.com
Operasi militer Israel di Gaza berlanjut setelah lebih dari 2 bulan pertempuran dengan Hamas. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini sedang melakukan operasi darat di wilayah Khan Younis di Jalur Gaza bagian Selatan. Kepala Staf Umum Israel, Herzi Halevi, menyatakan bahwa setelah gencatan senjata, pasukan Israel mengelilingi kawasan Khan Younis dan memperkuat posisi di Jalur Gaza bagian utara. Evakuasi warga sipil telah diberikan kesempatan dari Gaza Utara ke Gaza Selatan sebelum dilanjutkannya pertempuran di Khan Younis.
Perang di Gaza
Menurut Kementerian, 48.780 orang terluka karena serangan udara Israel di Gaza. Pemerintah Gaza sebelumnya melaporkan bahwa sekitar 60% dari bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza mengalami kerusakan atau hancur akibat serangan Israel hingga Tanggal 14 November 2023 (30 Rabi'ul Akhir 1445 H). Sebanyak 42.000 rumah di Jalur Gaza telah hancur, sementara 223.000 lainnya mengalami kerusakan.
Serangan yang dilakukan oleh Hamas di Israel saat melakukan Perang |
Sejak 7 Oktober 2023, konflik antara Israel dan Hamas meletus kembali. Hamas menyerang Israel Selatan, menewaskan 1.200 orang, dan membawa lebih dari 200 sandera kembali ke Gaza. Sebagai tanggapan, Israel melakukan blokade total di Jalur Gaza, melakukan pengeboman terhadap rumah-rumah warga sipil, menutup bantuan kemanusiaan, dan bahkan membombardir rumah sakit.
Serangan Israel juga dilaporkan terjadi di wilayah Lebanon dan Suriah, serta Tepi Barat. Israel mengklaim bahwa rumah sakit digunakan oleh Hamas sebagai pusat komando, tetapi klaim ini dibantah oleh Hamas.
Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza Utara juga terkena serangan rudal Israel, menyebabkan kerusakan parah. Direktur RSI, Atef Kahlout, menyatakan bahwa rumah sakit itu hancur akibat pengeboman Israel. Pasukan Israel juga mengepung rumah sakit Al-Shifa, menghalangi ambulans untuk masuk atau keluar, dengan indikasi bahwa penembak jitu dan artileri Israel mungkin menargetkan siapa pun yang mencoba meninggalkan rumah sakit. Gerbang depan rumah sakit terbesar di Gaza ditutup oleh militer Israel, merugikan pasien dan warga Palestina yang berada di halaman rumah sakit ini.
Gencatan Senjata
Seruan untuk Gencatan Senjata Perang Israel-Palestina (Hamas) |
Gencatan senjata di Gaza dimulai melalui perundingan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) antara Hamas dan Israel. Kesepakatan tersebut menetapkan implementasi perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada Jumat, 24 November 2023 (10 Jumadil Awal 1445 H). Hamas mengumumkan kesepakatan untuk gencatan senjata selama 4 hari di Jalur Gaza setelah perundingan intensif. Gencatan senjata mencakup penghentian lalu lintas udara di bagian Selatan dan Utara Gaza setiap hari antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat.
Sebagai hasil dari gencatan senjata, ratusan truk membawa bantuan kemanusiaan, darurat, medis, dan bahan bakar dapat masuk ke Jalur Gaza tanpa pengecualian, baik di utara maupun selatan. Ada syarat yang harus dipenuhi, di antaranya Hamas berjanji untuk membebaskan 50 sandera warga Israel dan Warga Negara Asing (WNA) sebagai imbalan atas pembebasan 150 tahanan dari penjara Israel.
Pemerintah Israel, melalui Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyatakan akan menghentikan permusuhan selama 1 hari untuk membebaskan 10 sandera. Saat itu, lebih dari 200 orang masih ditahan oleh militan Hamas. Kementerian Kehakiman Israel juga merilis daftar 300 tahanan Palestina yang dapat dibebaskan sesuai kesepakatan pada Rabu, 22 November 2023 (8 Jumadil Awal 1445 H).
Netanyahu menegaskan bahwa Israel mengutamakan pemulangan seluruh sandera sesuai dengan rencana yang telah disepakati, namun tidak berarti memberikan kebebasan total kepada Hamas di Jalur Gaza. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah diperpanjang hingga hari ke-7, diumumkan hanya beberapa menit sebelum perjanjian berakhir.
Militer Israel menyatakan bahwa gencatan senjata pertempuran di Jalur Gaza akan terus berlanjut dengan tujuan melanjutkan proses pembebasan sandera dan tunduk pada ketentuan perjanjian, pada Kamis (30/11/2023 | 16/5/1445). Hamas menyatakan kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata sementara.
Sebagai penengah, Qatar menyatakan perjanjian diperpanjang dengan ketentuan yang sama seperti sebelumnya, di mana Hamas membebaskan 10 sandera Israel setiap hari dengan imbalan 30 Tahanan Palestina. Perundingan antara kedua belah pihak semakin sengit karena sebagian besar perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Hamas telah dibebaskan.
Setelah gencatan senjata berakhir, pertempuran kembali memanas di Gaza dengan pengeboman Israel yang intens di wilayah Khan Younis. Nasib Gaza saat ini tergantung pada langkah para pemimpin dunia, dengan situasi tersebut dibahas dalam sidang Majelis Umum PBB di New York.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Gagal
Resolusi gencatan senjata untuk Gaza tidak berhasil diadopsi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Wakil Tetap Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Robert Wood, secara terang-terangan menyatakan veto AS terhadap seruan gencatan senjata di Gaza. Dengan keputusan AS tersebut, DK PBB tidak berhasil mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza. AS berpendapat bahwa gencatan senjata dapat memicu pecahnya perang lagi, sementara mereka mendukung perdamaian yang langgeng dengan solusi dua negara
Menurutnya, gencatan senjata hanya akan menjadi benih bagi perang berikutnya, karena Hamas tidak mempunyai keinginan melihat perdamaian yang langgeng, untuk melihat solusi dua negara. Dia juga mengatakan AS melakukan segala upaya untuk membebaskan sandera yang tersisa. Keputusan AS tersebut mendapat kecaman dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyatakan sangat menyesalkan gagalnya diadopsi resolusi gencatan senjata untuk Gaza di PBB.
Dia mengatakan resolusi gencatan senjata di Gaza tersebut telah didukung oleh 102 negara termasuk Indonesia. "Saya sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan dalam mengadopsi gencatan senjata kemanusiaan di Gaza meskipun lebih dari 102 negara, termasuk Indonesia, ikut mensponsori resolusi tersebut," katanya, di platform X (Twitter), pada Sabtu (9/12/2023 | 25/5/1445). Menlu RI menyampaikan bahwa Indonesia sangat kecewa karena Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi tersebut. "Upaya harus terus dilakukan guna memperbaiki situasi Gaza. Kita tidak boleh menyerah. Never give up," tambahnya.
BERITA LAINNYA
Berikut ini adalah Berita lainnya terkait dengan Palestina seperti Semangka hingga Aksi Boikot Produk-produk Pro-Israel.
A. Semangka Palestina
Sumber Artikel : Detik.com
[Anda juga bisa melihatnya di sini (Miniblog - enzashorts.blogspot.com).]
Ketika membuka Platform Media Sosial, besar kemungkinan Anda akan menemui gambar-gambar semangka yang menghiasi linimasa. Fenomena penyebaran gambar semangka ini merupakan aksi solidaritas netizen terhadap Palestina.
Seperti yang kita ketahui, dukungan melalui media sosial telah menjadi tren yang semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Sayangnya, sejumlah platform media sosial juga aktif memblokir konten yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina.
Beberapa pengguna Instagram, sebagai contoh, melaporkan bahwa konten yang mengandung dukungan untuk Palestina mengalami shadow banning oleh platform tersebut. Tingkat keterlibatan pada konten pro-Palestina mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan konten lain yang diunggah.
Situasi ini mendorong netizen, termasuk tokoh masyarakat, selebritas, dan pengaruh digital, untuk berupaya menyuarakan dukungan tanpa menyebut Palestina secara eksplisit. Bendera Palestina yang biasanya mendampingi unggahan dukungan kini sering digantikan oleh gambar buah semangka. Hal ini kemudian diadopsi oleh banyak pengguna internet dan aktivis media sosial sebagai bentuk ekspresi solidaritas terhadap Palestina.
1. Alasan Semangka Jadi Simbol Dukungan untuk Palestina
Terdapat beberapa alasan mengapa gambar semangka menjadi Simbol dukungan yang banyak digunakan oleh Warganet untuk Palestina. Berikut adalah beberapa di antaranya :
- Menghindari Shadow Banned : Penggunaan gambar semangka bertujuan untuk mengelak dari shadow banned di media sosial. Hal ini dilakukan untuk melindungi konten dukungan tanpa mengurangi esensi pesan utamanya, yaitu mengekspresikan solidaritas terhadap Palestina.
- Warna Sejajar dengan Bendera Palestina : Warna-warna pada potongan buah semangka, seperti merah, hijau, putih, dan hitam, sejajar dengan warna bendera Palestina. Fenomena ini membuat semangka menjadi alternatif populer sebagai pengganti bendera Palestina dalam unggahan media sosial.
- Buah Semangka Bersentuhan dengan Asal Palestina : Selain itu, semangka adalah salah satu buah yang tumbuh dan populer di Palestina. Tumbuh di berbagai wilayah Palestina mulai dari Jenin hingga Gaza.
2. Sejarah dan Makna Semangka
Kini, gambar semangka menjadi dominan di linimasa media sosial, namun mungkin tidak semua orang tahu makna di balik penggunaan buah ini sebagai simbol 'buah Palestina'.
Menurut Al Jazeera, semangka memiliki kedudukan khusus dan dianggap sebagai salah satu simbol Palestina. Meskipun ada buah-buahan lain seperti jeruk, zaitun, dan terong yang dianggap merepresentasikan identitas Palestina, semangka dianggap paling ikonik.
Bagi masyarakat Palestina, semangka melambangkan budaya dan identitas mereka serta simbol perlawanan. Sebagai bentuk protes di bidang pertanian, kuliner, dan sastra, mereka menggunakan semangka untuk merepresentasikan identitas nasional, terkait dengan tanah dan perjuangan mereka.
Warna pada potongan semangka juga sejalan dengan bendera Palestina, yang terdiri dari warna merah, hijau, putih, dan hitam. Oleh karena itu, banyak yang kini menggantikan bendera Palestina dengan gambar semangka dalam konten media sosial.
Sejarah penggunaan semangka sebagai simbol Palestina tidak baru. Mulai muncul setelah Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menguasai wilayah Palestina. Pada saat itu, bendera Palestina dilarang di Gaza dan Tepi Barat, sehingga warga mulai menggunakan semangka sebagai ganti bendera. Saat membelah semangka, warnanya dianggap mencerminkan bendera nasional Palestina.
Meskipun larangan bendera dicabut pada Tahun 1993 sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, semangka tetap dianggap sebagai simbol perlawanan dan identitas Palestina. Pada tahun 2021, semangka kembali muncul sebagai simbol protes saat keluarga Palestina di Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur diusir dari rumah mereka.
3. Simbol Semangka untuk Mendukung Palestina Saat Ini
Pada bulan Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memberikan wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina. Tindakan ini kemudian diikuti dengan pemungutan suara pada bulan Juni mengenai rancangan undang-undang (RUU) yang melarang mengibarkan bendera di lembaga-lembaga yang didanai negara, termasuk universitas.
Di bulan yang sama, Zazim, sebuah organisasi masyarakat Arab-Israel, memulai kampanye sebagai protes terhadap penangkapan dan penyitaan bendera Palestina. Mereka memasang gambar semangka di 16 Taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan pesan yang menyatakan, "Ini bukan bendera Palestina."
Direktur Zazim, Raluca Ganea, menyatakan pesan tegas kepada pemerintah bahwa mereka akan terus mencari cara untuk menghindari larangan yang dianggap tidak masuk akal, serta tetap berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi.
Amal Saad, seorang warga Palestina dari Haifa yang terlibat dalam kampanye Zazim, menyebutkan bahwa pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: "Jika pemerintah mencoba menghentikan kami, kami akan menemukan cara kreatif lain untuk mengekspresikan diri."
Dia juga mencatat dukungan besar yang diterima, dengan lebih dari 1.300 Aktivis yang menyumbangkan dana untuk mendukung Kampanye Zazim. Donasi tersebut memungkinkan Zazim untuk mempertahankan kampanye lebih lama dan beralih ke pembagian kaos dengan Simbol Semangka.
B. Apa itu Gerakan BDS terhadap Israel?
Gerakan BDS (Boycott, Divestment and Sanctions) terhadap Produk-produk Israel |
Sumber Artikel : CNN Indonesia
Gerakan BDS, yang merupakan singkatan dari Boikot, Pengeluaran Investasi, dan Sanksi terhadap Israel serta para pendukungnya, saat ini mendapat dukungan yang luas dan mencuat di berbagai negara.
BDS merupakan seruan untuk tidak mendukung, mencabut investasi, dan memberlakukan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan yang terkait atau memberikan dukungan kepada Israel. Gerakan ini menjadi ekspresi solidaritas global terhadap rakyat Palestina dan merupakan upaya untuk menekan Israel agar mengakhiri agresi di Jalur Gaza, dengan caranya yakni dengan menghambat bisnis perusahaan atau organisasi yang memiliki keterkaitan dengan Israel.
Meski kini ramai lagi, kampanye BDS terhadap Israel sebenarnya sudah lahir jauh sebelum pecahnya gempuran Hamas vs Israel pada Tanggal 7 Oktober 2023. Gerakan ini sudah tercetus pada Juli 2005, dan dikoordinasikan oleh Komite Nasional BDS Palestina (BNC).
Ketika kampanye BDS pertama kali diluncurkan, lebih dari 170 Organisasi dan lembaga non-pemerintah Palestina turut serta dalam inisiatif tersebut. Menurut informasi dari situs resmi Gerakan BDS, kini gerakan ini telah berkembang menjadi sebuah gerakan global yang melibatkan berbagai sektor masyarakat, termasuk serikat buruh, asosiasi akademis, dan organisasi yang mendukung hak-hak rakyat Palestina.
Dengan menggunakan metode boikot yang telah terbukti berhasil dalam sejarah, BDS secara strategis memfokuskan upayanya pada kegiatan boikot terhadap beberapa perusahaan dan produk yang memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Israel.
Gerakan BDS mendapatkan inspirasi dari pergerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, dan tujuan utamanya adalah memberikan tekanan kepada Israel agar mengakhiri pendudukannya di Palestina.
Ketiga, Sanksi. Sanksi adalah kampanye untuk menekan pemerintah untuk mengakhiri perdagangan militer dan perjanjian perdagangan bebas dengan Israel.
Kampanye ini juga ditujukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menangguhkan keanggotaan Israel. Sanksi bertujuan memberikan tekanan politis agar tindakan penindasan terhadap Palestina segera dihentikan.
Gerakan BDS juga telah memisahkan target perusahaan yang diboikot ke dalam empat kategori. Pertama, target boikot konsumen dengan memboikot total perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran HAM yang dilakukan Israel. Sasaran boikotnya antara lain Siemens, PUMA, Carrefour, AXA, Hewlett Packard Inc (HP Inc), SodaStream, Ahava, dan RE/MAX.
Siemens merupakan perusahaan kontraktor utama untuk Euro-Asia Interconnector, kabel listrik bawah laut Israel-Uni Eropa. Koneksi ini direncanakan menghubungkan permukiman ilegal warga Israel di wilayah Palestina, ke Eropa. Sementara PUMA diketahui mensponsori Asosiasi Sepak Bola Israel.
Selanjutnya, dalam rangka mencapai tujuannya, BDS memiliki tiga fokus utama. Pertama adalah boikot terhadap perusahaan atau produk tertentu yang memiliki keterlibatan atau mendukung Israel. Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran kampanye boikot termasuk Elbit Systems, HD Hyundai, Volvo, Barclays, CAF, Chevron, HikVision, dan TKH Security. Elbit Systems, sebagai contoh, adalah perusahaan senjata terbesar di Israel yang dianggap terlibat dalam uji coba produk senjatanya pada warga Palestina selama agresi di Gaza.
Kedua, BDS menekan pemerintah, lembaga, dan dana investasi agar melakukan divestasi atau menarik investasi dari perusahaan tertentu, terutama yang terlibat dalam produksi senjata atau sektor keuangan. Beberapa dari perusahaan yang menjadi sasaran divestasi termasuk Elbit Systems, HD Hyundai, Volvo, Barclays, CAF, Chevron, HikVision, dan TKH Security. Elbit Systems, sebagai contoh, diidentifikasi sebagai target utama karena perannya dalam agresi brutal di Gaza.
Ketiga, BDS juga memberikan tekanan non-boikot melalui kampanye yang menyerukan tindakan tekanan terhadap perusahaan atau entitas lain yang memiliki keterlibatan dengan Israel. Beberapa perusahaan yang menjadi fokus kampanye tekanan ini mencakup Google, Amazon, Airbnb, Booking.com, Expedia, dan Disney. Upaya ini bertujuan untuk membuat perusahaan-perusahaan tersebut mengubah kebijakan atau praktik mereka yang terkait dengan Israel.
Daftar Boikot Logo Produk-produk Pro-Israel |
Google dan Amazon disebut meneken kontrak senilai US$1,22 miliar untuk menyediakan teknologi cloud kepada pemerintah dan militer Israel, yang secara tak langsung membantu Israel mengebom rumah penduduk di Gaza.
Keempat, target boikot organik akar rumput. Gerakan BDS sebetulnya tidak menyasar perusahaan-perusahaan ini untuk diboikot.
Hanya saja, masyarakat di beberapa negara turut memboikot produk-produk perusahaan ini mendukung Israel dengan memberikan donasi dalam bentuk barang dan jasa kepada militer Israel. Beberapa perusahaan itu termasuk McDonald's, Burger King, Papa John's, Pizza Hut, dan WIX.
Untuk membaca Artikel tentang Daftar Produk-produk Pro-Israel dan Alternatifnya, silakan lihat di sini (Miniblog).
Untuk melihat Artikel sebelumnya mengenai Konflik Israel-Palestina, silakan lihat di sini (Inzaghi's Blog Legacy).
Sekali lagi, Inzaghi's Blog beserta dengan Jajaran Inzaghi's Group akan Mendukung Penuh terhadap Palestina.
#SavePalestine #FreePalestine #SaveGaza
Terima Kasih 😀😊😘👌👍 :)
Wassalammu‘alaikum wr. wb.